Jumat, 21 Juni 2013

Lumpuh

Lumpuh..semuanya lumpuh ketika aku di dekatmu
Otakku lumpuh, tak bisa lagi berpikir kalimat apa yang tadinya akan terucap
Lumpuh..hatiku lumpuh..
Bahkan aku sudah tidak bisa merasakan bahwa sebelumnya aku ingin menyerah
Hati ini lagi-lagi berpaling dari janjinya
Lumpuh, saraf mataku lumpuh..
Tak bisa lagi melihat bahwa kamu tak pernah menatap ke arahku
Jiwaku lumpuh..
Entah kenapa ia bahkan tak bisa merangkak menjauh darimu, agar tak ada lagi kamu
Saat didekatmu semua mati
Organ - organku tak lagi berfungsi
Tuhan telah menciptakan empat lobus hati, tapi semuanya sesak penuh kamu
Lalu aku bisa apa lagi?
Didekatmu aku melupakan kesedihanku,
Aku tak ingat betapa lelahnya perasaan ini berjuang untukmu
Entah..tak bisa lagi kuhitung dengan jari berapa kali aku memutuskan berhenti
Namun saat menatap teduh matamu,
ada perasaan aneh yang ikut terbawa angin berdesir ke dalam hatiku
Aku tak tahu mengapa saat ada kamu,
aku lupa ada kosa kota menyerah dalam kamusku
Otakku berkata, “ kamu menyerahlah. Dihatinya tak ada kamu.
Bukan kamu yang diinginkannya, bukan kamu yang selalu ditatapnya,
bukan kamu yang selalu dirindukannya.
jadi menyerahlah!
Pada akhirnya kamu yang akan sakit”
Tapi entah kenapa otakku tak pernah padu dengan hatiku
Hatiku ini selalu ingin bersandar didekatmu
Menikmati bagaimana kamu berbicara, bagaimana kamu memandang
Aku akan melihat kamu bahagia dan tersenyum meski bukan denganku
Aku hanya bisa diam dan menanti ,
saat - saat semuanya sungguh lumpuh dan mati
Karena kenyataan mengatakan dengan tegas kepadaku
Kamu tidak mencintaiku, kamu tidak disana untukku
Tapi sebelum itu terjadi izinkan aku mengatakan ini…
Ternyata perpisahan tak membuat seseorang akan benar-benar melupakan
Terkadang perpisahan yang memunculkan cinta tak terelakkan
Dengan segenap hati kini aku nyatakan sekali lagi, aku masih mencintaimu..aku tak bisa lagi bila dengannya..

Jumat, 14 Juni 2013

Tentang Aku dan Kamu

Kamu adalah suara yang menggema
Menghadirkan detak jantung tak terjemahkan
Kamu adalah hembus yang menjadi nyawa
Harmoni yang mengalun tak terbahasakan

Jika kamu mau menengok sebentar ke arah kita,
Ada jarak dan cinta yang dibekap
Jika kamu mau menoleh sedikit,
Ada kidung rindu yang terselip dan terhimpit

Cemburuku dikurung dalam jeruji – jeruji besi yang kita sebut perpisahan
Hanya bisa menatap punggungmu yang berlalu dari kejauhan
Setiap hari,
Dan aku masih memintal kerinduan demi kerinduan
Masih tangguh menyulam cinta demi cinta
Dalam sekaratku, andai saja aku dan kamu bisa..
sekali lagi menjadi 'kita'...

Sabtu, 08 Juni 2013

Malam Terakhir di Bulan Mei


Sekali lagi aku bercerita tentangnya lewat sajakku
Dia yang kurajakan dalam tahta terbaik di hatiku
Dia,
yang rajin kukisahkan bersama senyum dan air mata
yang namanya selalu kuseret disepertiga malam  dalam doa

Dingin,
butiran embun malam bergerilya bersama angin
Entah kenapa ada hangat selama aku bisa didekatmu
Menikmati bias senyum simpul yang sanggup buat aku merindu
Seperti biasa, getaran aneh dan debar jantung yang selalu kusembunyikan
Menutupi perasaan yang sejak lama masih saja sama
Malam terakhir di bulan Mei..
satu yang terbaik dari sekian banyak malam yang pernah kulewatkan denganmu
Malam yang mencibir kepengecutan dan kebodohanku
Malam..
dan aku masih mencintaimu dalam diam..

Malam ini ada yang berpura – pura lapar meski kenyang,
Ada yang menahan kantuk meski sudah sangat lelah
Itu aku, selalu saja aku, dan masih tetap aku
Kamu tahu kenapa?
Karena aku ingin makan bersamamu,
Aku ingin lebih lama berada disampingmu
Lalu mendengar bagaimana kamu menceritakan hari – harimu
Mendengar bagaimana kamu bercerita tentang duniamu

Bodoh?
tapi hanya ini yang mampu kulakukan
Menciptakan rangkaian kebodohan hanya karenamu
Seseorang yang rela menjadi idiot demi Mahakarya Tuhan sepertimu
Terima kasih Mei..
Ini malam yang indah di penghujung bulanmu..