Rabu, 21 November 2012

Debar dalam Sepotong Kue


Matahari masih malu – malu menempati tahtanya, sementara Prisa sudah sibuk sendiri di kamarnya. Lingkaran matanya tampak semakin cekung dan hitam. Ia sudah tampak seperti anak panda saat ini. Entah sudah berapa lama ia bergelut dengan tumpukan – tumpukan kertas di depan laptopnya. Melihat keadaannya sekarang, terlihat jelas sekali bahwa perempuan ini kurang tidur.

Sinar mentari mulai menembus jendela kamarnya. Tapi ia sama sekali tak bergeming dari tempatnya semula. Tepat  pukul 9 pagi, prisa mulai bangkit dan mengambil handuk dengan lemas sebelum akhirnya masuk ke kamar mandi. Kalau saja tidak ada jadwal kuliah, mungkin saja ia akan menyempatkan diri untuk terlelap sebentar saja.  ~~~~

Kampus sudah ramai dengan mahasiswa – mahasiswa yang ‘cinta’ kampus. Prisa sangat kesal karena itu artinya ia akan kesulitan mencari tempat parkir untuk motornya. “Kampus ini memang butuh area parkir bawah tanah !”, keluhnya sambil memarkir motor putihnya. Ia bergegas berjalan menuju ruang kuliahnya, menaiki tangga dengan malas, dan--- tampak dua sahabatnya sedang duduk di dekat papan pengumuman. Sepertinya masih sedikit sekali teman sekelasnya yang datang. Prisa menyapa dua malaikat itu dengan senyum sedikit dipaksakan. Maklum, mood-nya sedang tidak baik hari ini. Sebenarnya, yang ia butuhkan hanya 'tidur'.

“Hai sar, dew.”, begitulah prisa menyapa sari dan dewi.
“sa, laporan kamu udah selesai?”, tanya sari.
“belum, sar. Nih masih mau lanjut. Kalian udah?”
“belum !”, sari dan dewi menjawab kompak seraya menggelengkan kepala mereka sebagai bentuk penegasan.

Tanpa basa – basi Prisa mulai menumpuk lagi kertas – kertas yang membuatnya tidak tidur semalaman dan melanjutkan menulis laporannya yang tinggal beberapa lembar lagi. Satu – persatu teman sekelasnya datang, tapi Prisa terlalu fokus pada laporannya sampai ia tak menyadari Sari dan Dewi sudah turun ke lantai bawah meninggalkannya. Ternyata hari itu dosen mereka tidak hadir dan mereka hanya diminta untuk mengisi presensi.

Tiba – tiba muncul Ima dengan sekotak kue yang membuat Prisa tergiur mencicipinya.
“Im, mau satu dong. Gratis kan?”, berharap Ima menjawab ‘iya’ dan Prisa tak perlu repot – repot mengeluarkan isi dompetnya. Tapi harapan dan kenyataan terkadang memang tak bisa sejalan.
Ima menjawab dengan cepat, “bayar dong, Pris. Murah kok.”
“Oke deh..bayarnya ntar lagi ya. Aku mau ngisi presensi dulu. Im, titip tas sama laporanku ya.” Prisa mencomot satu kue dengan gula manis kesukaannya lalu segera turun menuju ruang recording. ~~~~

Sesampainya di ruang recording, Prisa mencari – cari keberadaan dua sahabatnya yang hilang entah kemana. Kata – kata ini sedikit berlebihan jika mengetahui kemungkinan besar mereka sedang berada di kantin asrama kampus. Tanpa membuang waktu, Prisa langsung mengisi presensi dan kembali ke lantai atas untuk mengambil tas dan laporan yang tadi dititipkannya pada Ima. Dengan gontai ia menaiki tangga. Baru menaiki separuh anak tangga, ia tercekat dan gerakannya semakin melambat...

Rupanya ada seseorang diatas sana. Seseorang yang dulu pernah menguasai tangis dan senyumnya, seseorang yang sampai saat ini selalu menjadi alasan bahagia dan sedihnya, seseorang yang tak pernah luput disebut namanya dalam rentetan doa – doa Prisa. 

Pesonanya yang maha dahsyat bagi Prisa,  mulai membuat perempuan ini ragu – ragu untuk menaiki anak tangga itu lagi. Tapi seperti biasa, ia selalu berjuang menahan perasaannya agar tak terlihat kaku dan aneh didepan Deka. Ya, laki – laki itu bernama Deka.  
“seperti biasa, dia selalu kelihatan cakep.”, kata Prisa dalam hati. ~

Dengan berat hati Prisa berlari menaiki tangga kemudian segera mengambil tas dan membereskan kertas laporannya. Deka juga disana dan kelihatannya ia juga sedang memilih kue didalam kotak itu. 
“Eh im, thanks ya. Aku mau ke kantin asrama dulu nyusul sari sama dewi.”,  buru – buru Prisa beranjak pergi sebelum ia tak bisa lagi mengontrol jantungnya yang sedari tadi berdetak semakin cepat dari biasanya.

“eh, kuenya tadi belum bayar, say.”, ima cepat – cepat mengingatkan Prisa sebelum perempuan itu kabur.~
 Deg. Prisa lupa membayar kue yang tadi dimakannya. Bukan pura – pura lupa, tapi ia benar – benar lupa. Deka memang selalu berhasil mengacaukan pikirannya. Ia selalu sanggup membawa Prisa keluar jauh dari zona fokusnya.

Sebelum Prisa berhasil mengeluarkan dompet dari dalam tasnya..,
“sekalian deh aku bayarin kue Prisa.”, suara Deka terdengar samar oleh Prisa.
“Udah dibayarin sama Deka kok, say.”, suara ima memperjelas apa yang didengar Prisa barusan.
“oh,makasih ya. Lagi baik nih anak sekarang.”, kata Prisa sambil menepuk – nepuk lemah lengan Deka. Sok akrab. Sok santai. Sok biasa. Dan jelas sekali, tindakan yang sangat ‘dipaksakan’.
“aku turun duluan ya.”, Prisa pamit dan bergegas pergi meninggalkan ima dan Deka disana.

Ada senyum yang mengembang saat Prisa berlari menuruni tangga. Ada perasaan bahagia sedang berkecamuk dalam hatinya. “Hari ini akan menyenangkan. Semangat, Prisa !”, katanya dalam hati sambil tetap tersenyum. Ada debar yang tak pernah bisa ditemukan alasannya, debar istimewa karena sepotong kue di sekotak pagi yang bersinar.

Segala sesuatu dalam duniaku
Takkan pernah jadi biasa,
Jika masih dapat kutemukan kamu disana.

Jumat, 16 November 2012

Ketahuilah Pria, Kami Para Wanita



kami wanita. kami senang saat kalian para pria mengatakan kami cantik.
tapi jangan salahkan kami jika kami bilang kalian "menggoda". sesungguhnya kami hanya berusaha menutupi rasa senang kami. terkadang hati kami pun berkata bahwa kalian para pria tidak bisa begitu saja dipercaya. kalau dibilang jelek, memangnya kalian para pria juga mau dibilang jelek oleh kami para wanita? itu tetap saja penghinaan meski mungkin saja kenyataannya memang begitu. (tertawalah saat membaca ini)

kami wanita. tidak suka jika dikatakan lemah.
kalian para pria seharusnya sadar, keberadaan kalian tanpa kami (para wanita) seperti pena tanpa tinta,seperti Adam yang kesepian tanpa Hawa. sungguh kalian butuh kami. tapi  kami pun begitu, sama - sama membutuhkan kalian dalam hidup kami.

kami wanita. menjunjung tinggi yang namanya emansipasi.
kami tidak ingin dikatakan perkasa atau dibilang lebih kuat daripada kalian (para pria). bukan itu yang kami mau. kami hanya ingin lebih dihargai. kami ingin kalian para pria tahu bahwa kami para wanita juga sanggup mengukir prestasi. kami ingin diakui betapa berartinya keberadaan kami. dan- ketahuilah para pria..kami sama seperti kalian. kami juga ingin menjadi seseorang yang dibanggakan. kami dan kalian = manusia.

kami wanita. jika ditanyakan siapa yang paling kami banggakan?
kebanyakan dari kami mungkin menjawab "IBU". tapi apa iya, jika ibu kami adalah seorang ibu rumah tangga, kami juga harus menjadi ibu rumah tangga?
bagaimana jika kami bertanya pada kalian dengan pertanyaan yang sama, kemudian kalian menjawab, "seseorang yang aku banggakan adalah seorang yang terhebat di kota ini."
apa kalian juga akan menjadi seperti dia saja, sementara kalian bisa menjadi salah satu orang terhebat di DUNIA?
jika bisa mendapat yang lebih baik, kenapa tidak. ketahuilah para pria, kami sama dengan kalian. kami juga punya mimpi dan angan. kami juga punya cita dan asa. lagi - lagi, kami dan kalian = manusia.

kami wanita. terkadang kami diam ketika kalian bertanya.
terkadang kami menjauh ketika kalian berusaha mendekat. tapi kami malah marah ketika kalian ikut diam dan menjauh. itu yang membuat kami begitu unik dan menarik.
sungguh. bukan maksud kami membuat kalian bingung. kami hanya tidak tahu apa yang harus kami lakukan terhadap kalian, kami tidak tahu bagaimana caranya menghadapi kalian. tanpa kalian sadari, kalian (para pria) juga membingungkan kami (para wanita). dan ketahuilah para pria, kami para wanita lebih sering mengandalkan perasaan. karena itulah kami juga sering berperang dengan perasaan. bagi kami, pikiran dan perasaan harus berjalan seirama untuk menghadapi seseorang seperti kalian.
dan beginilah kami, PARA WANITA. :)


NB : maaf. catatan ini dibuat tanpa maksud apapun. hanya sekedar iseng" saja. 
bagi para wanita yang merasa tidak masuk kriteria diatas, santai aja. 
itu hanya sampel dari wanita kebanyakan termasuk saya. :)

Rabu, 14 November 2012

Harus Sesulit Inikah Mengungkapkan?


Terbangun dari tidur yang membawaku dalam mimpi panjang. mimpi yang selalu kamu, dan selalu saja kamu yang tampak disana. entah harus bagaimana lagi agar kamu sesekali absen dari pergulatan mimpi - mimpi dalam tidurku. sepertinya, mimpiku sedang mengontrak kamu untuk menjadi aktor utama dalam setiap take adegannya. aku tak bisa apa - apa lagi selain menikmatinya. jujur, belakangan aku sangat malas untuk bangun dan berharap mimpi tentangmu terus saja diputar dalam bioskop alam bawah sadarku. adegan ketika tatapan matamu dan mataku saling berpagut ... ah! itu benar - benar memabukkan. sayangnya, dalam nyata kamu tak bisa benar - benar menatapku. kamu .. tidak pernah benar - benar kumiliki.

terkadang aku sengaja menyusun skenario mimpiku sebelum tidur. dengan sangat yakin bahwa kamu yang akan kutemui disana. aku memutar balik waktu saat aku masih bisa mengenggammu, bersandar dibahumu, dan membaca pesan mesra yang hampir setiap hari kuterima .. dulu .. saat kita masih saling memiliki. sekarang segalanya berbeda. aku harus merasa cukup untuk menyebutmu "teman", karena bisa dekat denganmu dalam sebutan itu aku sudah merasa senang. setidaknya aku masih bisa duduk disampingmu, lalu sesekali menatapmu dalam sebuah percakapan sederhana. bahagia dan menyakitkan itu memang tipis bedanya. bahagia masih bisa mengetahui keadaanmu setiap hari, tapi menyakitkan ketika aku harus berusaha sangat keras menahan dan menyembunyikan apa yang kurasa saat ini. 


ada debar yang sulit kujelaskan ketika waktu memberiku kesempatan didekatmu. kamu masih menjadi segalanya. aku tak ingin siapapun menyakitimu. aku selalu berharap kamu akan mendapatkan seseorang yang baik, yang penuh ketulusan menyayangi dan menjagamu. bukan seseorang yang suatu ketika berhenti memperjuangkanmu hanya karna alasan jenuh dan ada yang lebih baik darimu. aku hanya tak ingin kamu sakit dan terluka, aku tak ingin melihatmu meremehkan perasaanmu sendiri untuk seseorang yang tak pantas diperjuangkan. pernah sesekali aku berharap bahwa aku yang akan hidup dan tumbuh dihatimu .. aku .. yang masih saja rajin menyebutmu dalam doa - doa suciku ~

terlalu sering aku merasa bodoh ketika aku harus berpura - pura dengan berbagai cara. tapi gagal. pernah mencoba kembali ke masa lalu, membuka hati (lagi) meskipun tahu jelas akan disakiti (lagi). gagal. mencoba dengan seseorang yang baru, diawali dengan rasa kagum dan simpati, kemudian memberi harapan, dan -terlambat sadar bahwa kagum sangatlah berbeda dengan kata "sayang". lagi - lagi gagal. aku lelah. rasanya aku harus belajar menikmati dan membiasakan diri dengan yang namanya 'menahan' perasaan. bersamamu, aku lebih banyak diam. bukan karena aku tak nyaman. ketahuilah, perempuan sok gengsi ini sedang melawan perasaanya sendiri. otaknya tak mampu lagi mengatur deretan kata untuk bisa berbicara denganmu. perempuan bodoh~
tapi .. bukankah yang disebut tulus itu bukan hanya sekedar kata - kata? bukankah lebih baik diam penuh ketulusan daripada selalu mengumbar ternyata penuh kebohongan, topeng, dan pengkhianatan?

rindu .. hadir lagi sore ini. sore dihariku yang penuh kalut, penuh air mata. semakin buruk karena aku tak bisa melihatmu seharian ini. mungkin selama beberapa hari kedepan. biasanya, kamu selalu bisa membuatku tersenyum dengan tingkah konyolmu, bahkan disaat aku tak ingin tersenyum sekalipun. saat aku lemah, kamu hanya perlu duduk disampingku dan diam. entah kenapa itu selalu saja jadi obat paling ampuh saat aku terluka. aku ingin setiap hari menemukan indah dan teduh dalam sosokmu.
tapi inilah cinta. cinta mengubah yang tidak sempurna menjadi terlihat sempurna, mengubah yang kelam menjadi bersinar. cinta~
jangan pedulikan apa kata orang tentangmu bila nyatanya kamu selalu terlihat indah dimataku. 

aku tahu kamu takkan pernah mengerti bila aku juga tak pernah berusaha menjelaskan. atau, kamu pura - pura tak paham? atau, aku takut jika rasa ini tak terbalaskan? entahlah ..
berkali - kali aku bertanya, harus sesulit inikah mengungkapkan cinta?
biarkan cukup dalam diam, cukup dalam hati, cukup dalam doa aku memelukmu. mungkin, suatu hari kamu akan sadar. meskipun sangat tidak mungkin nampaknya. ada lagi satu pertanyaan yang tak pernah bisa kupecahkan.. "mungkinkah aku dihatimu?"

(Mengapa berat ungkapkan cinta padahal ia ada .. dalam rinai hujan, dalam terang bulan, juga dalam sedu sedan. Mengapa sulit mengaku cinta padahal ia terasa .. dalam rindu dendam, hening malam .. cinta terasa ada) - Ada Cinta_ Acha ft. Irwansyah

"Awan putihku .."

Seperti suatu kebetulan, music player di handphone deka yang memang sedari tadi dinyalakan  untuk menemaninya menulis sedang memutar lagu 'ada cinta' . perempuan ini mematung beberapa saat, sebelum akhirnya dia beranjak dari meja belajarnya menuju kamar mandi. "Aku harus rapat di kampus sore ini. menyebalkan !", gumamnya.